Rumah Pintar Desa Tabek Talang Babungo

Rumah Pintar Jorong Tabek, Warga Berdaya dan Sejahtera

Tidak ada mimpi yang terlalu kecil untuk membawa perubahan besar. Dari ruang sederhana di pelosok, pengetahuan tumbuh bersama kebersamaan, gotong royong, dan semangat saling belajar.

Api pernah melahap kampung kecil di Nagari Talang Babungo, Kabupaten Solok. Namun, dari bara itu, lahir semangat untuk menemukan cahaya agar terbebas dari kesulitan. Semangat tersebut tumbuh melalui pengetahuan dan diskusi panjang hingga akhirnya membuat mereka mampu membangun kembali kehidupan di Desa Jorong Tabek.

Tidak ada mimpi yang mustahil untuk terwujud. Di balik perjuangan yang tak henti, cemoohan yang sempat datang, dan kesabaran yang terus diuji, ada pula rangkulan hangat di antara warga—meski mereka sempat memiliki pandangan berbeda. Setiap orang punya cerita dan kehendaknya sendiri, namun pada akhirnya semua perbedaan itu perlahan berbuah menjadi keberhasilan.

Potensi Alam dan Mimpi yang Tumbuh

Jauh dari hiruk pikuk kendaraan, Jorong Tabek terbentang hijau nyaris seperti hutan. Meski alamnya subur dan kaya hasil bumi, masyarakat belum memanfaatkannya dengan baik. Sebagian warga belum sepenuhnya menyadari potensi yang mereka miliki, terutama karena keterbatasan pengetahuan dan kesadaran ekonomi. Namun mimpi itu tumbuh perlahan. Di tengah keterbatasan, ada jerih payah, kebersamaan, dan kekeluargaan yang saling menguatkan.

Sampai akhirnya, sebuah tragedi kebakaran mengubah segalanya. Api yang melalap rumah-rumah kecil di Jorong Tabek, Talang Babungo, justru menjadi pemantik semangat baru. Dari bara itu, lahir tekad untuk membangun ulang kampung—bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara pengetahuan.

Desa yang dulu termasuk tertinggal dari 74 nagari di Kabupaten Solok itu kini bertransformasi menjadi kampung yang sehat, cerdas, dan produktif.

Peran Sosok dan Awal Berdirinya Rumah Pintar

Semua bermula dari mimpi kecil seorang guru: Kasri Satra, Ketua Kampung Berseri Astra (KBA) Jorong Tabek, yang pernah mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Muallimin—sekolah pertama di kampungnya, warisan semangat dari keluarganya sendiri. Ia memiliki mimpi kecil untuk membuat desa Jorong Tabek lebih sejahtera. Asa tersebut ia wujudkan dengan penuh kesabaran hingga akhirnya kini berbuah hasil.

Rumah Pintar untuk Belajar dan Berdaya

Rumah Pintar menjadi ruang tempat ribuan ide brilian tumbuh. Dari sinilah masyarakat Jorong Tabek berhasil berkontribusi pada empat pilar utama pembangunan berkelanjutan: pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kewirausahaan.

Tak sekadar tempat membaca, Rumah Pintar di Jorong Tabek berkembang menjadi laboratorium ekonomi sirkular—mengolah nira enau menjadi gula semut berkualitas, memanfaatkan limbah organik menjadi pakan maggot, dan menjadikan maggot tersebut sebagai pakan ikan di kolam rumah.

Sementara itu, limbah nonorganik dikelola melalui bank sampah dengan sistem tabungan, meningkatkan kesadaran lingkungan sekaligus membantu ekonomi keluarga.

Dari proses belajar bersama, lahir pula inovasi lain: produksi gula semut aren yang kini mencapai sekitar 1.500 kilogram per bulan, budidaya maggot, pendirian 45 unit homestay wisata edukasi, serta perpustakaan budaya yang melestarikan cerita rakyat dan pengetahuan lokal bagi anak-anak.

Semua inisiatif ini dikelola secara gotong royong melalui koperasi ekonomi kerakyatan, di mana setiap warga menyetorkan sebagian keuntungan untuk kemudian dibagikan kembali secara adil.

Semangat yang lahir dari bara api kebakaran itu menuntun warga Tabek memahami potensi, mengelola alam, dan membangun masa depan dari pengetahuan mereka sendiri.

Masyarakat Tabek Memetik Hasil

Dari ruang kayu sederhana itu, Rumah Pintar Jorong Tabek menjadi tempat masyarakat Tabek belajar membaca kehidupan. Di sana, mereka berdiskusi, mencoba hal baru, dan menumbuhkan kesadaran bahwa pendidikan bisa lahir dari pengalaman.

Lewat pendampingan Kampung Berseri Astra (KBA), masyarakat belajar menjaga kebersihan, mengelola air, dan memahami pentingnya sanitasi. Kini air bersih mengalir di rumah-rumah, Posyandu rutin digelar, dan kesadaran tumbuh bahwa kesehatan juga sangat penting dijaga.

Dari proses belajar itu, ide-ide lain ikut lahir. Melalui Rumah Pintar, masyarakat mengenali potensi alam dan lingkungan sebagai ruang belajar. Tebu yang dulu hanya digiling kini diolah lebih efisien, ampasnya dijadikan pupuk organik, dan hasilnya meningkatkan kesejahteraan petani.

Dari kebiasaan belajar itu, muncul keberanian untuk bereksperimen. Masyarakat Jorong Tabek tak lagi takut mencoba hal baru: mengolah, mencipta, dan mengubah yang sederhana menjadi bermanfaat. Dari Rumah Pintar, lahirlah gagasan ekonomi sirkular yang membuat desa ini tumbuh mandiri.

Dampak Nyata dari Rumah Pintar Jorong Tabek

Dulu sampah berserakan. Kini lewat bank sampah dengan sistem tabungan, setiap limbah bernilai rupiah dan masyarakat mulai sadar pentingnya menjaga lingkungan. Jalan-jalan yang dulu kusam kini dipenuhi bunga, pohon tebu, dan pepohonan rindang—menandakan perubahan cara pandang bahwa keindahan dan kesejahteraan berawal dari pengetahuan yang tumbuh bersama.

Hasil ekonomi sirkular sebagian digunakan untuk biaya kesehatan dan pendidikan anak-anak, menjadikan ilmu sebagai investasi sosial yang berkelanjutan.

Tak heran bila kini nama Jorong Tabek mulai dikenal hingga mancanegara. Bukan karena promosi wisata semata, tetapi karena kisah masyarakatnya yang bangkit lewat pengetahuan.

Mereka menunjukkan bahwa kekuatan sejati tidak lahir dari proyek raksasa, melainkan dari keberanian untuk mulai bersama di ruang kecil yang penuh semangat belajar. Indonesia punya segalanya untuk maju; hanya perlu menjadikan pengetahuan sebagai pijakan utama dalam setiap langkah perubahan.

Kisah Jorong Tabek menjadi bukti bahwa pendidikan berbasis komunitas dapat menjadi kunci kesejahteraan. Ketika pengetahuan dijadikan fondasi, masyarakat tidak hanya bangkit, tetapi juga mandiri, dan menginspirasi banyak desa lain untuk berubah menjadi kampung yang sehat, cerdas, dan produktif. #APA×KBN2025

Referensi

  1. Mukhliswal. (2020). Dampak Program “Kampung Berseri Astra” terhadap Sosial Ekonomi di Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kabupaten Solok. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) FISIP, Universitas Riau.
  2. Sumbarkita. (2023). Tabek Talang Babungo Solok Bangkit Bersama Astra, Dulu Termiskin Kini Jadi Percontohan.
  3. SuaraSumbar. (2020). Ikhtiar Kasri Satra Merawat Peradaban Kampung Pelosok yang Kini Mendunia.
  4. Lampost. (2021). Rumah Pintar KBA Jorong Tabek, dari Rumah Panggung Menjadi Pusat Ekonomi Sirkular.
  5. RRI. (2019). Rumah Pintar Ikonik Desa Wisata Tabek Talang Babungo.
  6. Jadesta. (n.d.). Desa Wisata Tabek Talang Babungo. Kemenparekraf.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *